A Little Piece of Heaven

Blog tentang segala hal yang bermanfaat dan kusuka

Hakikat air, jatuh dan waktu | Nasehat Tere Liye


Air itu tidak berharga, kecuali jika kita haus, butuh mandi, dan keperluan lainnya. Silahkan saja air sebesar danau luas, tapi jika kita tidak sedang membutuhkannya, maka tiada harganya sama sekali. Tapi jika kita sedang haus sekali, tercekik leher ingin minum, bahkan sesendok air bisa berharga sangat mahal di gurun pasir, dan kita rela membelinya dengan harga apapun. Inilah hakikat kebutuhan, saat kita butuh, maka dia menjadi terang-benderang posisinya.
Jatuh itu tidak mengerikan. Kalian bayangkan gedung tinggi 300 meter, lantas loncat dari atapnya. Ngeri? Hei, burung-burung loncat, jatuh. Pencinta olahraga ekstrem, juga loncat jatuh, kodok, tupai, hewan-hewan lain loncat jatuh. Apanya yang mengerikan? Mereka malah asyik, berlomba-lomba jatuh. Tapi kenapa kita ngeri? Karena jatuhnya sih memang bukan masalah, melainkan mendaratnya. Saat kita tidak tahu, tidak yakin tentang mendaratnya, maka jatuh menjadi serius sekali. Inilah hakikat “ending” atau hakikat hasil dari proses. Saat kita ragu dengan endingnya, hakikatnya menjadi samar.
Waktu itu juga boleh jadi tidak bernilai. Silahkan orang2 bilang waktu bagai pedang. Tapi hei, ada 1 milyar orang sedunia yang aktif main internetan, asyik sekali menghabiskan waktu. Jika mereka tiap hari menghabiskan 2 jam saja, maka kita punya 2 milyar hour yang habis untuk hal main-main saja. Asumsikan Menara Eiffel Paris itu butuh 10 tahun dikerjakan, dengan 1.000 tenaga kerja yang bekerja 12 jam per hari, kita dapat angka: 1.000 x 12 x 365 x 10 = 43,8 juta hour. Well, sejatinya, bangsa manusia bisa membuat 45 menara Eiffel setiap hari. Nyatanya tidak, hanya dihabiskan main internetan. Seperti tidak bernilai, kan? Tapi bayangkan, jika kalian hendak menghadiri acara penting, ujian, tes, dll, telat 30 detik saja tidak berani, bergegas sekali, seolah 1 detik sangat spesial. Bandingkan 30 detik vs 2 milyar hour. Inilah hakikat urgensi, terdesak atau tidak, penting atau tidak?
Dek, dunia ini dalam banyak hal, isinya hanya masalah perbandingan2 saja. Namun apesnya, kita kadang lalai sekali memperhatikan hakikat sejatinya. Karena ketahuilah, terakhir, sebagai penutup catatan ringan ini, HIDUP ini hakikatnya adalah MATI. Iya bukan? Iya? Bukan? Sayangnya, kita lagi-lagi keliru, euuh, kita lebih menyukai kehidupan dan seluruh dunianya padahal itu adalah 'dusta yang indah', sebaliknya kita membenci kematian dan alam sesudahnya padahal itu 'kebenaran yang menyakitkan'.
Pikirkanlah.
*Tere Liye
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Hakikat air, jatuh dan waktu | Nasehat Tere Liye"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top